Bunga 3

seuntai kuntum melati yang di ranjang itu sudah berwarna coklat ketika tercium udara subuh dan terdengar ketukan di pintu

tak ada sahutan

seuntai kuntum melati itu sudah kering: wanginya mengeras di empat penjuru dan menjelma kristal-kristal di udara ketika terdengar ada yang memaksa membuka pintu

lalu terdengar seperti gema “hai, siapa gerangan yang telah membawa pergi jasadku?”

 

 

 

Sapardi Djoko Damono

Bunga 2

mawar itu tersirap dan hampir berkata jangan ketika pemilik

taman memetiknya hari ini; tak ada alasan kenapa ia ingin berkata

jangan sebab toh wanita itu tak mengenal isaratnya — tak ada

alasan untuk memahami kenapa wanita yang selama ini rajin

menyiraminya dan selalu menatapnya dengan pandangan cinta itu

kini wajahnya anggun dan dingin, menanggalkan kelopaknya

selembar demi selembar dan membiarkannya berjatuhan menjelma

pendar-pendar di permukaan kolam

 

 

Sapardi Djoko Damono

Bunga 1

(i)

Bahkan bunga rumput itu pun berdusta.

Ia rekah di tepi padangwaktu hening pagi terbit;

siangnya cuaca berdenyut ketikanampak sekawanan gagak terbang berputar-putar di atas padang itu;

malam hari ia mendengar seru serigala.

Tapi katanya, “Takut? Kata itu milik kalian saja, para manusia. Aku ini si bunga rumput, pilihan dewata!”

 

(ii)

Bahkan bunga rumput itu pun berdusta.

Ia kembang di sela-selageraham batu-batu gua pada suatu pagi, dan malamnya menyadari bahwa tak nampak apa pun dalam gua itu dan udara ternyata sangat pekat dan tercium bau sisa bangm dan terdengar seperti ada embik terpatah dan ia membayangkan hutan terbakar dan setelah api ….

Teriaknya, “Itu semua pemandangan bagi kalian saja, para manusia! Aku ini si bunga rumput: pilihan dewata!”

 

 

 

Sapardi Djoko Damono

« Older entries